Cari Blog Ini
Sabtu, 30 Juli 2011
Reog (Ponorogo)
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
SEJARAH
Sebenarnya Indonesia kaya akan keaneragaman kebudayaan namun kurangnya perhatian oleh masyarakat kalangan atas vatau pemerintah, budaya yang ada di in idonesia sedikit demi sedsikit akan hilang karena akan tersingkir oleh budaya asing yang masuk keindonesia. Bangsa indonesia harus benara-benar memfilter terhadap kebudayaan yang masuk ke indonesia yaitu budaya asing yang menyalahi adeologi pancasila. Dengan cara menilai, mempertimbangkan, dan memutuskan layak atau tidaknya budaya tersebut masuk ke indonesia.
Dari keanekaragaman kebudayaan di Indonesia, salah satunya yaitu Reog Ponorogo. Reog adalah salah satu budaya bangsa Indonesia yang masih eksis dan terus di kembangkan agar budaya tersebut bisa dilestarikan dan sebagai warisan yang tidaj ternilai bagi anak cucu. Ada satu kejadian yang akan mengecap bahwa reog adalah milik negara Malaysia, namun Indonesia tetap mempertahankannya.Dengan kejadian tersebut hendaklah kita sebagai pemuda penerus bangsa harus melestarikan reog ponorogo. apalagi bagi anda anggota kotareyog.com harus lebih siap sedia bila sewaktu-waktu kebudayaan kita di rebut bangsa lain. Karena budaya adalah kekayaan bangsa. reog ponorogonoleh pemkab ponorogo di lestarikan dengan mengadakan acara rutin tahunan yaitu Grebeg Suro, yang biasanya acara tyersebut di adakan pada malam satu suro. pemkab ponorogo menggelar acara ini dalam taraf atau tingkatan nasional dari daerah manapun di indonesia bisa ikut partisipasi di dalamnya. beberapa tujuan yang di capai adalah :
1. Hiburan untuk masyarakat
2. Melestarikan adat daerah dan budaya bangsa
3. Sebagai upaya pelestarian budaya bangsa pada para penerus bangsa.
Pertunjukan reog di Ponorogo tahun 1920. Selain reog, terdapat pula penari kuda kepang dan bujangganong.
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya.
Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan 'kerasukan' saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
Pementasan Seni Reog
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.
Kontroversi
Tarian sejenis Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia dinamakan Tari Barongan[4]. Tarian ini juga menggunakan topeng dadak merak, yaitu topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat bulu-bulu merak. Deskripsi dan foto tarian ini ditampilkan dalam situs resmi Kementrian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia.
Kontroversi timbul karena pada topeng dadak merak di situs resmi tersebut terdapat tulisan "Malaysia", dan diakui sebagai warisan masyarakat dari Batu Pahat, Johor dan Selangor, Malaysia. Hal ini memicu protes berbagai pihak di Indonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang menyatakan bahwa hak cipta kesenian Reog telah dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004, dan dengan demikian diketahui oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Ditemukan pula informasi bahwa dadak merak yang terlihat di situs resmi tersebut adalah buatan pengrajin Ponorogo. Ribuan seniman Reog sempat berdemonstrasi di depan Kedutaan Malaysia di Jakarta. Pemerintah Indonesia menyatakan akan meneliti lebih lanjut hal tersebut.
Pada akhir November 2007, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain menyatakan bahwa Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli negara itu. Reog yang disebut “Barongan” di Malaysia dapat dijumpai di Johor dan Selangor, karena dibawa oleh rakyat Jawa yang merantau ke negeri tersebut.
Catatan dan referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Reog_(Ponorogo)
http://stresseffect.files.wordpress.com/2011/01/reog-ponorogo-2.jpg
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
Di kehidupan ini bermacam-macam sifat, karakter, kepribadian, maupun karakteristik seseorang, selain itu dimanapun kita saat ini berada pada dasarnya suatu saat nanti kita tidak akan hanya berpijak pada satu tempat, dan ketika kita berada di lingkungan yang lain maka kita harus dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut dan membaur dengan mereka. Nah ketika kita terbiasa dengan kehidupan sosial dengan anak-anak yang di kategorikan normal/tidak mengalami hambatan maka bagaimana jika ketika kita di hadapkan dengan suatu ruang lingkup yang tidak biasa kita hadapi, sebut saja kita harus berada atau di tempatkan di lingkungan anak-anak yang memiliki keterbatasan baik itu intelektual maupun keterbatasan secara fisik atau
istilah umum kita kenal dengan sebutan ABK.
Banyak ahli memberikan definisi tentang ABK atau Anak Berkebutuhan Khusus, diantaranya:
Delphie (2004:1) menyatakan “Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan kelainan khusus”.
Dalam modul seminar Konsep Dasar PLB dan ABK Toto (2005:6) Menyatakan “pengertian anak luar biasa (anak berkebutuhan khusus) atau anak berkelainan (exceptional children) berbeda dari anak cacat (handicapped children). Anak luar biasa ialah anak yang menyimpang dari rata-rata atau normal dalam karakteristik mental, kemampuan sensoris, karakteristik neuromotor atau fisik, perilaku sosial, kemampuan berkomunikasi, atau gabungan dari berbagai variabel tersebut”.
Sedangkan pengertian ABK dari sudut pandang pendidikan, Arum (dalam Azwandi, 2007:12) menjelaskan bahwa ABK adalah anak yang dalam proses pertumbuhan/atau perkembanganya secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan dalam hal fisik, mental intelektual, sosial, atau emosional dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka.
Dari tiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ABK merupakan individu yang mengalami kelainan atau penyimpangan dari rata-rata individu normal baik dalam hal fisik, mental intelektual, sosial, atau emosional dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Jadi Anak Berkebutuhan Khusus merupakan individu yang sedikit mengalami hambatan dalam dirinya dan menjadikan anak tersebut sedikit berbeda dengan anak yang kita jumpai pada umumnya, dan yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Daftar Pustaka :
Azwandi, Yosfan. (2007) Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus .Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan. Jakarta.
Delphie,B.2004. Pembelajaran Anak Tunagrahita.Bandung; PT Refika Aditama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
Toto. 2005.. Selayang pandang Pendidikan Luarbiasa/Pendidikan Khusus dan Anak Berkebutuhan Khusus. Pelatihan dan Sosialisasi Pendidikan Terpadu. Menuju Pendidikan Inklusif. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Makalah disajikan dalam perkuliajhan Ortopedagogik oleh Pak Sujarwanto pada tahun 2010.
Jumat, 29 Juli 2011
Budaya Malas
Bangsa Indonesia dahulu kala dikenal dengan kearifan tokoh sejarah masa lampau maupun karena legendanya di zaman kerajaan-kerajaan terdahulu, namun saat ini kejayaan bangsa kita hanya sepintas dapat kita lihat melalui sebuah konteks kehidupan modern, dimana sebuah kehidupan modern itu sendiri menandakan atau berarti suatu golongan atau keompok kaum yang telah mencapai tingkat pengetahuan diatas rata-rata kaum lainya yang masih hidup secara konvensional maupun tradisional.
Saat ini segala bentuk penandaan yang mencirikan kehidupan modern telah memasuki dan membaur dengan kehidupan kita, karena tidak dapat di pungkiri kehidupan ala modernisasi memang secara tidak langsung juga merupakan kebutuhan, namun ketika di era modern ini segalanya tampak instan maka tidak sedikit orangpun semakin malas dan lebih mengganggap segala sesuatu bisa instan sehingga terkadang banyak yang bermalas-malasan bahkan meskipun iu harus melakukan hal yang kecil.
Setujukan para pembaca jika bangsa kita saat ini memang penyakit terbesar ialah sebenarnya sebuah rasa malas? dan malas tidak hanya sekedar kita lihat dari satu paradigma, namun malas memiliki pengertian yang luas, banyak orang kehilangan kesempatan mencari kerja karena budaya molor dan menunda-nunda pekerjaan, banyak anak-anak kurang beruntung di tepi jalan menggantungkan hidup dengan mengamen padahal sedikit saja orangtua mereka jika mau berusaha semuanya pasti ada jalan, banyak pula karena rasa malas para pemimpin kita terkadang lengah karena terbuai dengan kenikmatan yang sudah diraih sehingga melupakan kewajibanya yang seharusnya di kerjakan dsb.
Sepatutnya apa yang sebenarnya bisa mengobati rasa malas di negara kita ini?
Saat ini segala bentuk penandaan yang mencirikan kehidupan modern telah memasuki dan membaur dengan kehidupan kita, karena tidak dapat di pungkiri kehidupan ala modernisasi memang secara tidak langsung juga merupakan kebutuhan, namun ketika di era modern ini segalanya tampak instan maka tidak sedikit orangpun semakin malas dan lebih mengganggap segala sesuatu bisa instan sehingga terkadang banyak yang bermalas-malasan bahkan meskipun iu harus melakukan hal yang kecil.
Setujukan para pembaca jika bangsa kita saat ini memang penyakit terbesar ialah sebenarnya sebuah rasa malas? dan malas tidak hanya sekedar kita lihat dari satu paradigma, namun malas memiliki pengertian yang luas, banyak orang kehilangan kesempatan mencari kerja karena budaya molor dan menunda-nunda pekerjaan, banyak anak-anak kurang beruntung di tepi jalan menggantungkan hidup dengan mengamen padahal sedikit saja orangtua mereka jika mau berusaha semuanya pasti ada jalan, banyak pula karena rasa malas para pemimpin kita terkadang lengah karena terbuai dengan kenikmatan yang sudah diraih sehingga melupakan kewajibanya yang seharusnya di kerjakan dsb.
Sepatutnya apa yang sebenarnya bisa mengobati rasa malas di negara kita ini?
Langganan:
Postingan (Atom)